Senin, 14 Maret 2011

Makanan Khas Kotagede


Makanan khas Kotagede cukup banyak. Satu di antaranya adalah kipo. jajanan kipo terbuat dari beras ketan, warna hijau dengan diisi parutan kelapa dicampur gula jawa yang berbentuk kecil sebesar ibu jari. Biasanya dibungkus daun pisang yang dilapisi kertas.
Proses pembuatan kipo ini terhitung sangat sederhana. Terlebih dulu disiapkan adonan tepung beras ketan yang diberi warna hijau yang berasal dari daun pandan. Untuk isinya parutan kelapa dicampur adonan gula jawa. Setelah itu adonan tepung ketan dilipat dan diletakkan diatas wajan dari tanah liat yang dipanaskan dengan arang atau kompor. Untuk menghasilkan kipo yang bagus dan matang, kipo harus dibolak-balik sampai matang.Sejarah kipo memang belum jelas betul. Konon, dalam prasasti kuno yang tertulis di Serat Centhini ada sejenis makanan lokal yang namanya kupo. Mungkin saja, nama kupo sekarang berubah menjadi kipo.

Yangko merupakan makanan tradisional kotagede dari jenis kedupan yang terbuat dari tepung ketan pada umumnya berbentuk kotak-kotak dan rasanya manis. Sekarang ini penyajian yangko sudah bervariasi baik dari bentuk ataupun rasa yaitu tidak hanya berbentuk kotak-kotak saja tetapi diberi sisan seperti kacang hijau, kacang tanah, dan kelapa. Cara pembuatan yangko adalah gula pasir air asin diaduk direbus sampai kental. Tepung ketan diberi sedikit air supaya tidak menggumpal dimasukan diaduk sampai kalis lalu dipindahkan ketempat yang datar, diratakan dibiarkan dingin dan mengeras lalu dipotong-potong. Yangko rasanya kental dan manis. Dalam penyajian yangko dibungkus dengan plastik atau kertas minyak. Setiap biji yangko yang sudah dipotong-potong dibalut dengan gula tepung yang bertujuan untuk menghindari lengket dan menambah kemantapan rasa dari yangko tersebut. Pada zaman dahulu masyarakat kotagede beranggapan bahwa yangko adalah sebagai makanan mewah yaitu hanya untuk golongan atau kalangan tertentu saja yang bisa menikmatinya. Diistilahkan golongan priyayi masyarakat kecil yang hanya kadang-kadang menikmatinya, bahkan harus mengeluarkan uang tidak sedikit untuk bias membeli makanan tersebut. Selain itu bila dilihat dari daya simpan maka yangko akan bertahan kurang lebih satu bulan. Yaitu tanpa diberi isian. Masyarakat kotagede beranggapan bahwa makanan tersebut sebagai bekal saat pangeran diponegoro bergelirya.

Ukel dan banjar merupakan makanan khas tradisional kotagede yang berbentuk seperti angka delapan. Untuk ukel rasanya manis karena dibesta sebagai finishingnya dengan gula putih sehingga warna coklat keptih-putihan yang diperoleh dari gula yang sudah mongering. Bentuk banjar adalah lingkaran rasanya gurih warna kuning keemasan. Banjar dan ukel proses pengolahaanya sama, yang membedakan keduanya adalah pembentukan adonan sebelum digoreng dan finishingnya. Ukel dan banjar terbuat dari putih telur yang dikocok dan ditambah sedikit tepung terigu kemudian digoreng sampe kering. Seetelah kering ukel maupun banjar ditiriskan kemudian dibungkus plastic untuk menghindari kualitas banjar dan ukel tetap renyah dan sedikit empuk.

Kembang waru merupakan cake atau kue tradisional khas kotagede yang berentuk seperti bunga waru. Caki atau kue ini sangat tradisional dilihat dari sisi pembuwatannya yang masih menggunakan pengaduk tangan juga komposisi bahan yang masih tradisional yaitu penggunaan minyak goring sebagai lemaknya. Dari sisi rasa juga sangat berbeda. Apabila dibandingkan dengan rasa cake continental. Kembang waru ini diadopsi dari jaman penjajah Belanda dan Inggris yang datang diIndonesia. Karena bangsa Belanda dan Inggris sering mengkonsumsi cake ketika menjajah Indonesia danpenduduk pribumi tidak bisa mencicipinya, maka orang pribumi membuat cake yang proses pembuatannya sedikit mengadopsi tekhnik dan resep mereka. Kembang waru berasal dari telur tepung terigu dan lemak atau minyak, proses pembuatan kembang waru adalah telur dikocok sampai kaku tepung terigu dimasukkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Setelah tercampur rata dicetak dalam cetakan yang berbentuk kembang waru yang sebelumnya sudah dioles terlebih dahulu lalu di oven sampai matang berwarna kuning kecoklatan, rasanya manis dan teksturnya lembut. Zaman dahulu kue dan cake kembang waru merupakan kedupan yang mewah untuk hajatan pernikahan karena keberadaan kue yang masih langka dan harga bahan bahannya mahal, jadi hanya golongan status ekonomi tertentu yang mampu menikmati atau menghidangkannya.

Jenang sumsum merupakan jenag yang terbuat dari tepung beras yang dimasak dengan santan yang rasanya gurih, proses pembuatannya tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan jenang nganggrang yaitu air santan direbus kemudian tepung beras yang sudah diberi dengan sedikit air dimasukan perlahan lahan sambil terus diaduk aduk sampai matang. Penyajiannya jenang sumsum ini adalah jenang sumsum sundiri dipadukan dengan juruh atau air gula untuk mendapatkan rasa jenang yang gurih dan manis, untuk bentuk jari jenang sumsum ini semi liquit berwarna putih seperti jenang anggrang yaitu sebagai dan ucapan terimakasih untuk tetangga- tetangga.

Halaman ini saya persembahkan untuk: www.amikom.ac.id

1 komentar:

  1. nice info :)

    coba fotonya memperlihatkan bagian depan masjid *aq belum pernah liat soalnya* ^^

    BalasHapus